Aamiin Ya Rabbal Aalamiin

IKHLAS

Niat merupakan pendorong kehendak manusia untuk mewujudkan suatu tujuan yang dituntutnya. Pendorong ini banyak sekali ragamnya. Ada yang bersifat materiil, dan ada pula yang bersifat spiritual. Ada yang bersifat individual, dan ada yang bersifat sosial. Ada yang bertujuan duniawi, dan ada yang bertujuan akhirat. Ada yang berkaitan dengan hawa nafsu, dll.

"Bahwasanya segala amal perbuatan tergantung pada niat, dan bahwasanya bagi tiap-tiap orang memperoleh menurut apa yang diniatkannya.
Barangsiapa hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa hijrahnya kepada dunia yang ingin didapatkannya, atau wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya kepada apa yang ditujunya ". (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, At-Tarmidzi dan An-Nasa'I)


"Barangsiapa yang menghendaki keuntungan akhirat, akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya, dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan dunia, Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu kebahagiaan pun di akhirat ". (QS. Asy-Syuraa: 20)


"Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali jika (pelaku) amal itu ikhlas dan mencari keridhaan Allah dengannya ". (HR. Nasa'i)

Sebagai seorang mukmin, hendaknya pendorongnya dalam beramal itu adalah semata-mata menghendaki keridhaan Allah dan demi akhirat, tidak mencampuri suatu amal dengan kecenderungan dunia, misalnya karena menghendaki harta dunia, menghendaki kedudukan, mencari sanjungan, tidak ingin dicela, dll, dan inilah yang disebut ikhlas. Ikhlas dengan pengertian seperti di atas merupakan buah tauhid yang sempurna kepada Allah SWT yaitu metauhidkan ibadah dan memohon pertolongan hanya kepada Allah SWT, seperti yang sering kita ungkapkan di dalam sholat ketika membaca Al-Fatihah: 5, "Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. " Dengan ikhlas yang murni inilah, kita bisa membebaskan diri kita dari segala bentuk perbudakan, melepaskan diri dari segala penyembahan selain Allah, seperti penyembahan kepada dinar, dirham, perhiasan, wanita, kedudukan, tahta, kehormatan, nafsu, dll, dan dapat menjadikan kita seperti yang diperintahkan oleh Allah SWT kepada Rasul-Nya,

"Katakanlah, 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb sekalian alam, tiada sekutu bagi-Nya, dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).'" (QS. Al-An'am: 162-163).

Riya' merupakan lawan dari ikhlas merupakan kedurhakaan yang sangat berbahaya terhadap diri dan amal, juga termasuk dosa yang merusak, sebagaimana firman Allah SWT,
"... seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya' kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orangorang yang kafir ". (QS. Al Baqarah [2]: 264)

Di ayat lain Allah SWT berfirman,
"Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang sholat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari sholatnya, orang-orang yang beruat riya', dan enggan (menolong dengan) barang yang berguna ". (QS. Al-Ma'un [107]:5-7)

Tentang riya' ini di dalam hadits, Rasulullah SAW pun bersabda,
"Sesungguhnya orang yang pertama-tama diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid. Dia didatangkan ke pengadilan, diperlihatkan kepadanya nikmat-nikmatnya. Maka diapun mengakuinya. Allah bertanya, "Apa yang engkau perbuat dengan nikmat-nikmat itu?" Dia menjawab, 'Aku berperang kepada Engkau hingga aku mati syahid.' Allah berfirman, "Engkau dusta. Tetapi engkau berperang supaya dikatakan, 'Dia adalah orang yang gagah berani.' Dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu) ". Kemudian diperintahkan agar dia diseret dengan muka tertelungkup lalu dilemparkan ke dalam neraka.

Berikutnya yang diadili adalah seseorang yang memperlajari ilmu dan mengajarkan serta membaca Al-Qur'an. Dia didatangkan ke pengadilan, lalu diperlihatkan kepadanya nikmat-nikmatnya. Maka diapun mengakuinya. Allah bertanya, "Apa yang engkau perbuat dengan nikmat-nikmat itu?" Dia menjawab, 'Aku mempelajari ilmu dan mengajarkannya serta aku membaca Al-Qur'an karena-Mu.' Allah berfirman, "Engkau dusta. Tetapi engkau mempelajari ilmu agar dikatakan, 'Dia adalah orang yang berilmu,' dan engkau membaca Al-Qur'an agar dikatakan,'Dia adalah qari' (pandai membaca).' Dan, memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu) ". Kemudian diperintahkan agar dia diseret dengan muka tertelungkup lalu dilemparkan ke dalam neraka.

Berikutnya yang diadili adalah orang yang diberi kelapangan oleh Allah dan juga diberi-Nya berbagai macam harta. Lalu dia didatangkan ke pengadilan, diperlihatkan kepadanya nikmat-nikmatnya. Maka diapun mengakuinya. Allah bertanya, "Apa yang engkau perbuat dengan nikmat-nikmat itu?" Dia menjawab, 'Aku tidak meninggalkan satu jalanpun yang Engkau suka agar dinafkahkan harta, melainkan aku menafkahkannya karena-Mu.' Allah berfirman, "Engkau dusta. Tetapi engkau melakukannya agar dikatakan, 'Dia seorang pemurah.' Dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu) ". Kemudian diperintahkan agar dia diseret dengan muka tertelungkup lalu dilemparkan ke dalam neraka ".
(HR. Muslim, An-Nasa'I, At-Tarmidzi dan Ibnu Hiban)

Tatkala Mu'awiyah mendengar hadits ini, maka ia pun menangis hingga pingsan. Setelah siuman dia berkata, 'Allah dan Rasul-Nya benar. Allah telah berfirman,
"Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka itu di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia tidak akan merugi. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka ".' (QS. Huud [11]: 15-16)

Ketika sudah merasakan nikmat CintaNya, bagai orang kasmaran, mereka mencanduNya jangankan melihat, hanya mendengar namaNya bergetar hati mereka semuanya terasa indah asal dariNya 'tanah liat rasa coklat' begitu kata pepatah neraka mungkin tak mengapa kalau itu memang dapat merasakan CintaNya surga juga bukanlah tujuan utama, karena itu cuma sebagian dari wujud CintaNya.

Perkataan ikhlas berasal dari bahasa Arab dengan akar kata kh l sh, yang berarti 'murni', 'suci', 'tidak bercampur', 'bebas'. Ikhlash (Arab) berarti 'pengabdian yang tulus' (sincere devotion), 'ketulusan', 'kejujuran'. IKHLAS. dalam kamus bahasa Indonesia itu sinonim dari tanpa pamrih. Suatu pekerjaan atau kegiatan, yang kita kerjakan untuk orang lain tanpa kita mengharap imbalan apapun dari orang yang kita tolong. Sedangkan ikhlas menurut Islam adalah setiap kegiatan yang kita kerjakan semata-mata hanya karena mengharapkan Ridho Allah SWT.

Banyak arti dan definisi ikhlas dari tiap2 ahli bahasa yang jelas ikhlas itu yah sesuatu yang dilakukan tanpa meminta imbalan apapun. Dalam islam kata2 ikhlas sering kita dengar bahkan sering disebut,yang jelas senantiasala kita ikhlas dengan segala apa yang ada pada kita saat ini dan ikhlas kalau suatu saat Allah mengambil nya kembali.
Banyak hal yang harus kita lakukan dengan ikhlas dalam hidup ini,sebagai muslim dan yang percaya akan kebesaran Allah tentu senantiasa bisa melakukan segala sesuatu dengan ikhlas.
Dan disini ingin di sampaikan apakah kita sebagai hamba Allah sudah ikhlas ? kalau masih sering mengeluh dan menggerutu sepertinya belum bisa dikatakan ikhlas.
Sesabar apapun kita tapi kalau masih sering merasa ada yang kurang dan ada yang mengganjal berarti ikhlas dalam diri kita belum ada. Saudara2 seiman,sebagai hamba Allah tentu kita ingin menjadi seseorang yang ikhlas dalam segala hal,dan bagaimana mencapai tingkat keikhlasan itu.
Mencapai suatu tingkat keikhlasan bukan satu hal yang mudah karena semua ini dapat terjadi dimana tingkat ibadah kita sebagai makhluq kepada sang khaliq,penghambaan kita kepada sang khaliq.
Biasa nya dalam ilmu tausawuf ikhlas adalah bagian terpenting dalam melaksanakan ibadah kiat sebagai makhluq Allah.
Dimana apabila kita beribadah bukan hanya sekedar mengharap surga atau takut kepada neraka,tapi kita beribadah karena kita sadar kita hanya seorang hamba yang memohon ridha Allah dengan penuh keikhlasan semata.
Karena ikhlas itu tanpa pamrih dan kita sebagai umat yang sudah mendapat nikmat luar biasa dari Allah sudah sewajar nya kita melakukan sesuatu itu dengan ikhlas dan kesadaran yang penuh.
Mungkin kita semua pernah mendengar kisah Rabiatul adawiyah yang tingkat keikhlasan nya sduah mencapai tingakt tinggi,yang senantiasa berdoa kepada Allah dan salah satu doanya yang membuat hati ini bergetar

yaitu :

"Ya Allah bila aku beribadat ini karena menginginkan syurgaMu, maka jauhkanlah aku dari syurgaMU. Dan bila aku beribadat ini karena takut dengan nerakaMu, maka masukkanlah aku kedalam nerkaMu".
Sanggupkah kita melakukan seperti ini ? hanya Allah yang tau...
insyaAllah kita mampu asal kita sadar bahwa kita hanya seorang hamba yang hanya pantas memohon kepada Allah.
ikhlas merupakan suatu perkara yang sangat tinggi sampai-sampai pada hadits qudsi dikatakan:

"ikhlas adalah salah satu rahasia-Ku dan akan Ku-buka pada hamba-hamba-Ku yang Ku-pilih"

Selain itu satu-satunya kaum yang sudah terbebas dari godaan syethan adalah kelompok hamba yang ikhlas bukan lainnya(bukan islam, bukan mukmin dst .. hanya yang mukhlasin).
Masalahnya bagaimana usaha kita supaya bisa mencapai derajat ikhlas dengan sebenarnya.
Bukan sekedar nampak pada simbolisme ikhlas yang mungkin bisa sesaat terlihat pada diri seseorang. Bicara tentang ikhlas memang ada sisi menariknya Rasanya sulit menemukan perbuatan yang tidak ternoda oleh hal-hal selain demi Allah, terutama godaan riya', ujub bahkan syirik.
Ketika tangan ini memberikan shadaqah, di hati muncul godaan "biar diliat tetangga". Ketika> mulut ini mengucapkan khotbah suci, di hati ada bisikan "biar dikata alim ulama".
Kalau tidak salah Rasullah saw. sendiri pernah mengomentari penyakit bagaikan semut hitam di atas batu hitam di tengah malam yang kelam.
Yang pasti marilah kita mencoba mencapai tingkat keikhlasan dalam diri kita masing2 sudah dapat kita di katakan ikhlas ?sebab keikhlasan yang benar-benar tulus semata-mata karena Allah tersebutakan dicapai setelah kita mendapat hidayah_nya dan hal itu dilakukan karena rasa kecintaan kepada Nya.
Dan apabila ada (seseorang) dalam proses mencari ridho-NYA ??
sehingga timbul kesadaran betapa besar ni'mat yang tak sanggup kita membalasnya melainkan hanya dengan keikhlasan kita dalam beribadah kepada-NYA ??
dan mungkinkah kadar keikhlasan yang berbeda satu sama lain itu tergantung tebal dan tipisnya iman seseorang ??
dapatkah dikatakan bahwa tingkat keikhlasan seseorang itu belum sempurna manakala yang bersangkutan belum pernah mengalami perjalanan ruhani (walaupun sangat ingin & telah berusaha), lalu kiat-kiat/ amalan-amalan apa yang harus dijalaninya agar seseorang dapat mencapai tingkat keikhlasan yang tinggi ?
Senantiasalah kita melakukan segala sesuatu karena Allah semata dan karena kita hamba yang pantas bersyukur.
Mungkin tingkatan Ikhlas dicapai sebanding dengan tingkat kecintaan dan keyakinan seseorang pada Alloh (yang tentu saja dicapai secara berat dan bertahap melalui perjalanan ruhani) ketika mereka sudah dapat merasakan (malah mungkin melihat dengan mata hatinya) bahwa betapa sungguh sangat besar nikmat, karunia, kasih sayang dan cinta Alloh pada dirinya dan semesta alam rasa dirinya akan mengatakan jangankan semua pahala ibadahnya untuk membayar tiket masuk surga, untuk membalas nikmat sepasang mata saja rasanya belum cukup Tak ada pahala yang setara untuk membayar nikmatNya, sehingga ibadah mereka hanyalah Ikhlas untuk semua CintaNya.
saya sendiri belum bisa dikatakan orang yang ikhlas sebab masih ada rasa takut dan cemas serta harap,tapi insyaAllah mencoba menjadi ikhlas dalam hidup dan mencoba menjalani hidup dengan ikhlas,karena untuk mencapai tingkat tertinggi seperti ikhals nya seorang Rabiatuladawiyah rasanya bukan hal yang mudah sebab bagi saya sendiri melakukan sesuatu dan berdoa.

Betapa Sangat Baik Hati Tuhan Kita, Allah SWT :

Bila Kita berbuat dosa dan bertobat, Ampunan-NYA seluas samudera.

Bila Kita berbuat jahat dan menyesal, diampuni-NYA

Bila Kita khilaf, berbuat salah dan insyaf, dimaafkan-NYA

Bila Kita berbuat baik, diberi pahala.

Bila Kita sakit diberi kesembuhan.

Bila Kita lapar dan berpasrah diri, diberi rejeki.

Bila Kita kesusahan, diberi jalan hingga kembali riang.

Bila Kita "haus", diberi ilmu pengetahuan tanpa batas.

Bila Kita kesulitan, DIA sebaik2nya penolong.

Bila Kita sedih, DIA penghibur hati.

Bila Kita tidur, DIA menjaga Kita.

Bila Kita kesepian, DIA ada untuk menemani.

Bila Kita lupa, DIA mengingatkan.

Bila Kita lemah tanpa daya, DIA memberi Kita kekuatan dan ketabahan.

DIA pelindung dan penyelamat Kita.

DIA pemberi jalan yang terang dan lurus.

DIA yang penuh kasih sayang lebih dari segala kasih.

DIA yang Maha Kuasa, kuasanya tak terbatas.

DIA Penguasa Jagat Raya dengan segenap isinya, tapi Maha Pemurah.

DIA Tuhan Kita, Allah Ta'ala.......

Beribadah karena rasa Khauf (takut) pada Neraka dan berharap ridha Allah dan surga nya,ini salah satu motifasi dalam beribadah.Wallahualam.....

0 share with mummy:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...